Minggu, 15 April 2012

Hujan rintik untuk sebuah pelangi kedelapan serta jejak cermin bermetafora.

Dear hari feminim,Hari ini tanggal 15 April 2012 pukul 21:00 wib hujan turun begitu indah serta penuh arti memutar kepala yang beralaskan tikar angka untuk menekan peran daun bermata koin emas. Seruan suara ditiap sudut memuncak, anak sekolah yang sedang mencari jati diri dengan egonya untuk menumpahkan saudara-saudaranya, loyonya rupiahku atau apalah itu. 


Tapi entah mengapa ada yang mengganjal dari setiap kiasan hari ini, Aku melihat ada sebuah tatapan mata konsisten yang menyebalkan yang begitu menghipnotis hati untuk hari feminim ini. Aku pikir Aku kira Aku gila untuk hari feminim ini karena begitu banyak rahasia dibalik gincunya yang merah membuatku selalu memutar setiap sudut sempit mata uangku ini. Dari sebuah tatapan yang menyebalkan itu aku tak pernah jemu 'tuk pandangi tatapan itu setiap hari. 

Dia mungkin telah membuat penasaran yang tak pernah mendapatkan kesempatan untuk menguak rahasianya itu. Dia sungguh gadis beratap lampu kota yang selalu berpatroli untuk pria yang selalu sedang memburu kesempatan angkanya itu. Dia bernapas ditenggorokanku !!! Terdiam aku disini, termenung serta menangisi hari-hari yang telah pergi. Air hujan pun 'tak mampu memaksimalkan gencatan senjata dari sebuah tatapan itu yang ada hanya menjadi abu arang.

#Bersambung....